Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penaklukan Konstantinopel


Oleh: Al Azizy Revolusi (Editor dan Founder @koreapi.1453)

Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, "Ketika kami duduk di sekeliling Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk menulis, tiba-tiba beliau shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang kota manakah yang akan ditaklukan lebih dahulu, Konstantinopel ataukah Roma? Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Kota Heraklius terlebih dahulu (maksudnya Konstantinopel)." (HR. Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)

Hadits ini dinyatakan shahih oleh al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata, “Hadits ini hasan sanadnya.” Syaikh Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat Silsilah Ahadits al-Shahihah 1/3)

Konstantinopel dan Roma adalah dua simbol dua negara adidaya di masa itu. Konstantinopel mewakili Romawi Timur, sementara Roma mewakili Romawi Barat. Sementara kaum muslimin sendiri di Arab saat itu, merupakan cikal bakal adidaya baru yang para pemimpinnya impiannya sudah sangat besar, yakni menaklukan dua kota besar Roma dan Konstantinopel.

Dengan bekal sprit bisyarah nabi tersebut, yang menjadi penyemangat para Khalifah setelahnya untuk melakukan futuhat. Tercatat dalam sejarah bahwa Abu Ayyub al-Anshari (44 H) pada era Khalifah Muawiyyah bin Abu Sufyan. Kemudian, selanjutnya secara berurutan ada Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik (98 H) pada masa Kekhalifahan Umayyah, lalu Khalifah Harun al-Rasyid (190 H) masa Kekhalifahan Abasiyyah, Khalifah Beyazid I (796 H) masa Kekhalifahan Utsmaniyah, Khalifah Murad II (824 H) masa Kekhalifahan Utsmaniyyah juga tercatat dalam usaha penaklukan Konstantinopel, tetapi karena satu dan lain hal, Allah belum mengizinkan kaum muslim memenangkan pertempuran itu.

Akhirnya, Allah mengijinkan Muhamamd II alias Muhammad al-Fatih, yang menaklukan kota ini. Sejak kecil beliau dididik oleh ulama-ulama besar pada zamannya, khususnya Syaikh Aaq Syamsuddin yang nggak hanya menanamkan kemampuan beragama dan ilmu Islam, tetapi juga membentuk mental pembebas pada diri Muhammad al-Fatih. Nggak heran kalo usia 23 tahun, al-Fatih telah menguasai 7 bahasa dan memimpin ibukota Khilafah Islam di Adrianopel (Edirne) sejak berumur 21 tahun.

Sebagian besar hidup al-Fatih berada di atas kuda. Beliau tidak pernah meninggalkan shalat rawatib dan tahajjudnya untuk menjaga kedekatannya dengan Allah dan memohon pertolongan dan izin-Nya atas keinginannya yang telah terpancang kuat dari awal: menaklukan Konstantinopel dan memburu prestasi seperti yang dijanjikan nabi, sebagai “sebaik-baiknya pemimpin/panglima”. Bisyaroh alias berita gembira dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam yang berbunyi “…Kalian pasti akan membebaskan Konstantinopel, sehebat-hebat Amir (panglima perang) adalah Amir-nya dan sekuat-kuatnya pasukan adalah pasukannya.” (HR. Ahmad)

Subhanallah, ini sebuah penegasan bahwa kemenangan nggak akan bisa dicapai dengan mengandalkan kekuatan belaka, bukan pula karena kecerdasan dan strategi perang. Muhammad al-Fatih sangat memahami bahwa kemenangan hanya akan tercapai dengan izin dan pertolongan Allah. Maka ia meminta seluruh pasukannya bermunajat pada Allah, menjauhkan diri dari maksiat, bertahajjud pada malam harinya dan berpuasa pada esok harinya. Pada tanggal 29 Mei 1453, serangan terakhir dilancarkan, dan sebelum Ashar, al-Fatih sudah menginjakkan kakinya di gerbang masuk Konstantinopel. Berakhirlah pengepungan selama 52 hari lamanya dan penantian panjang akan janji Allah selama 825 tahun lamanya. Konstantinopel dibebaskan kaum muslim melalui tangan al-Fatih!

Nah, begitulah seharusnya seorang pemuda itu impiannya menaklukan adidaya demi menyambut berita gembira dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Kalo remaja, pikiranya cuman menaklukan hati gebetan, alaaah itu sih cemen binti dosa bangets. Kalo anak remaja hobinya tawuran, main keroyokan, hih itu mah nggak level. Contoh dong Muhammad Al Fatih, di usianya yang masih sangat muda, melatih diri dan pasukannya menjadi pasukan pilihan terbaik, bukan buat tawuran, tapi buat perang melawan musuh Romawi saat itu. Kalo remaja hobinya mabar gem onlen, nggak sebanding dengan Muhammad Al Fatih bikin karya sebuah alat perang yang super dahsyad kala itu. Kalo remaja masih doyan maksiat, itu bukan karakter remaja penakluk, seharusnya remaja penakluk hari-harinya dipenuhi ketaatan layaknya Muhammad Al Fatih.

Gaes, Konstantinopel sudah takluk dengan semangat, kecerdasan, ketekunan, disiplin dan itu tidak akan terulang kembali karena posisi yang mulia dalam bisyarah rasulullah telah ditempati oleh Muhammad al-Fatih. Penaklukan kota Roma hanya menunggu waktu dan posisi kemuliaan itupun akan ditempati oleh satu orang. Posisi itu nggak mungkin ditempati oleh generasi-generasi sampah, melainkan posisi itu akan diambil oleh generasi selevel Muhammad Al Fatih.

Nah, 1400 tahun yang lalu, Allah telah berfirman kepada kaum muslim, dengan suatu firman yang sangat istimewa, firman ini yang harus menjadi spirit buat kita menaklukkan kota selanjutnya, Roma. Allah berfirman:

“Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah telah menentukan-Nya. dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. al-Fath [48]: 21). Siap? Allahu Akbar!! (reper/rmn)

Posting Komentar untuk "Penaklukan Konstantinopel"