Menjadikan Jari Sebagai Pembela di Akherat
Oleh : Sigit Nur Setiyawan
Menulis adalah tradisi yang mengakar kuat di dalam Islam. Setiap ulama dan Imam menuliskan buah fikir dan pendapatnya dalam sebuah karya tulis. Ribuan kitab kitab telah dihasilkan sepanjang sejarah peradaban Islam. Dengan kitab kitab itulah kaum muslimin di generasi berikutnya belajar banyak tentang Islam, Ilmu pengetahuan, Fiqh, Adab dan teknologi.
Ada ungkapan yang menarik “Menulis Memperpanjang Usia”. Ungkapan tersebut tidak boleh di maknai secara harfiah, namun harus dimaknai dengan maknawiah. Jelas umur adalah Qodho Allah yang tidak bisa dirubah oleh seorang hamba dengan berbagai usaha. Sebagaimana Allah berfirman:
وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ
Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun (QS Al Araf 34)
Dari ayat tersebut sangat jelas bahwa umur manusia tidak dapat diperpanjang maupun di perpendek dengan usaha apapun dari manusia. Namun pembahasan umur didalam ungkapan tersebut adalah kebermanfaatan untuk generasi berikutnya. Dengan menulis sebuah karya, manfaatnya akan bisa dirasakan oleh orang lain walaupun sang penulisnya telah meninggal dunia. Namanya masih sering di mention banyak orang yang membaca tulisannya. Menyisipkan dalam doa setiap orang mendapatkan ilmunya.
Dengan demikian, kita sebagai generasi penerus perjuangan para ulama seyogyanya dapat mengikuti jejak langkahnya dalam berdakwah. Ya dakwah melalui tulisan memang masih memberikan peluang besar dalam arus perubahan pemikiran dan perasaan masyarakat. Masyarakat yang melek dengan literasi lebih mengedepankan rasionalitas dan kesesuaian dengan fitrohnya sebagai manusia. Intelektualnya relatif tinggi dibandingkan dengan kelompok masyakat yang tidak melek literasi dan merekalah yang biasanya memimpin ditengah tengah masyarakat.
Lantas apa saja yang harus kita jadikan bahan untuk pembahasan dalam tulisan tulisan kita? Banyak yang merasa bingung akan mengulas topik apa? Padahal jika kita lebih dalam mengcapture berbagai permasalahan dalam masyarakat tentu kita akan mampu mengkritisinya. Masyarakat yang tidak diatur dengan aturan Islam PASTI menyisakan berbagai masalah. Karena secara sunatullah ketaatan pada syariat akan membawa kepada keberkahan, dan kemaksiatan (tidak terikat dan tunduk pada hukum Allah) tentu akan mendatangkan kemadhorotan dalam hidup. Semuanya itu adalah topik topik menarik yang harus kita ungkap bagaimana Islam mengaturnya.
Terlebih dengan berkembangnya teknologi informasi dan media sosial dewasa ini. Setiap orang bisa berkesempatan beropini menurut sudut pandang masing masing tanpa harus memiliki syarat dan kopetensi jurnalistik profesional melalui citizen journalism. Sudah selayaknya generasi muslim yang mencita citakan Islam kembali memimpin peradaban di dunia ini mengambil peran terdepan dalam aspek ini. Kita di tuntut oleh zaman untuk bergelut dengan bermacamnya informasi yang sangat beragam. Jika hal tersebut kita diamkan tentu masyarakat akan mendapat prespektif yang tidak berimbang.
Yuk kita jadikan jari jari kita menari untuk berperan dalam gelombang arus perubahan dunia menuju Islam. Kita jadikan jari jari kita sebagai saksi di hadapan Allah ketika kita harus mempertanggungjawabkan atas apa yang sudah kita usahakan, dan tentunya terhadap segala sesuatu yang sudah kita lalaikan (padahal kita mampu melakukannya). Jangan sampai jari jari kita menuntut kita dan menjadi musuh kita kelak. Kita harus jadikan jari kita sebagai pembela kita di Akherat kelak.
كُلُّ نَفْسٍۢ بِمَا كَسَبَتْ رَهِيْنَةٌۙ
Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan (Al Muddassir 38) []
Posting Komentar untuk "Menjadikan Jari Sebagai Pembela di Akherat"