Aksi Kesyirikan Pawang Hujan
Oleh: Naura Zahraa Rasyidah (Aktivis Remaja)
Viral aksi pawang hujan yang mengandung kesyirikan. Seakan-akan kemusyrikan di dakwahkan sehingga semakin berkembang pesat di berbagai acara kenegaraan. Bahkan kepala negara kita pun turut melakukan hal itu dan membolehkannya, padahal Indonesia ini mayoritas muslim penduduknya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyatakan bahwa tradisi pawang hujan merupakan budaya di dunia sejak berabad lalu. Dalam akun instagramnya, Kemendikbud menyebutkan bahwa pawang hujan bekerja menggunakan gelombang otak Teta untuk berkomunikasi dengan semesta ketika sedang melaksanakan tugasnya.
Sebagaimana di lansir dari seputarTangsel.com (25/03/2022), Ustadz kondang Felix Siauw memberikan komentar prihatin terhadap masa depan pendidikan Indonesia. berpendapat jika Kemendikbud menganggap hal klenik sebagai bagian dari budaya yang perlu dilestarikan, maka ilmu-ilmu sains tidak perlu dipelajari cukup berkomunikasi dengan gelombang teta.
Ironisnya lagi, hal-hal yang berbau kemusyrikan dilakukan di berbagai acara yang di sponsori oleh negara dengan tujuan agar aktivitas lancar. Seakan-akan merupakan syiar atau ajakan kekufuran dan kemusyrikan.
Padahal yang bisa mengendalikan hujan hanyalah Allah Swt. Selain itu, hujan diturunkan menjadi rahmat dari Allah kepada kita. Sehingga ritual memberhentikan hujan bisa diartikan ritual mengundang kemurkaan Allah Swt.
Astaghfirullah, di zaman yang sudah canggih ini, sungguh adalah suatu kebodohan jika melestarikan ritual kesyirikan pawang hujan. Hal tersebut pasti akan mengundang kemurkaan Allah Swt kepada kita, karena melakukan kesyirikan adalah dosa besar.
Hal ini sudah benar-benar di luar akal, bagaimana bisa pejabat tinggi di negara kita membenarkan aksi tersebut, yang jelas hal itu sangat berbeda dengan ilmu sains.
Allah Subhanahu WaTa'ala berfirman di Qs An-Nisa ayat 48
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَآءُ ۚ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِا للّٰهِ فَقَدِ افْتَـرٰۤى اِثْمًا عَظِيْمًا
Artinya
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar."
Maka adalah hal aneh ketika institusi pendidikan yang merupakan gerbang ilmu pengetahuan justru malah berusaha untuk mengilmiahkan pawang hujan agar tidak terlihat khayal dan berbau kebodohan. Menjadi tidak masuk secara logika ketika mereka mengatakan bahwa pawang hujan bekerja menggunakan gelombang teta untuk berkomunisasi dengan alam semesta.
Dua hal yang mustahil untuk disatukan. Khayalan tidak mungkin beriringan dengan ilmu pengetahuan sehingga yang muncul adalah sebuah ilusi kebodohan dan pembodohan. Lalu apa yang dapat kita harapkan dari sistem pendidikan seperti itu.
Lebih konyol lagi ketika pemimpin negara yang mayoritas penduduknya muslim, bukan hanya menonton akan tetapi juga melestarikan kebudayaan musyrik pawang hujan. Bukan hanya tidak pantas tetapi juga merendahkan nilai keberagamaan negeri ini.
Demikianlah buah dari sistem sekuler dalam kehidupan. Berbeda jika agama dijadikan sistem kehidupan. Segala macam kemaksiatan dilarang untuk dipertontonkan di depan publik. Sesungguhnya tiada kemuliaan tanpa Islam dan tak akan tegak Islam tanpa syariah dan tak akan tegak syariah tanpa daulah yaitu daulah khilafah'ala minhajin nubuwwah. Wallahu a'lam. (reper/az)
Maa syaa Allah, tabaarakallah
BalasHapus