Remaja, Oh Remaja
Oleh: Ahmad (Santri SMP Ma'had Mutiara Ummah Sidoarjo)
Remaja generasi penentu keadaan suatu negara di masa yang akan datang. Jika ingin menilai masa depan suatu negara, maka lihatlah kondisi remajanya hari ini. Masalahnya, remaja bukanlah kunci yang tiba-tiba ada, ada generasi sebelumnya yang punya andil dalam membentuk generasi muda yang hebat, kuat, dan bisa diandalkan.
Generasi sebelumnya harus memperhatikan bagaimana anak-anak mereka dididik. Pendidikan untuk remaja memang sangat penting untuk diperhatikan, karena seorang remaja akan menjadi seperti apa yang diajarkan kepadanya. Seharusnya, para remaja dididik dengan baik agar menghasilkan generasi yang berkualitas dan bermanfaat bagi negara.
Sedangkan, fakta remaja indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Sedikit dari mereka yang beradab, mereka disekolahkan di sekolah yang berkualitas baik, tapi mereka malah sibuk pacaran, nongkrong sana-sini. Banyak remaja tak pernah memikirkan berapa banyak uang yang dikeluarkan untuk membiayai kehidupannya. Tak pernah terlintas di benak mereka bahwa setiap pergi dan pulangnya ada sebuah pengharapan yang tak pernah berhenti terucap. Berikut salah satu data yang menggambarkan remaja indonesia saat ini.
Dikutip dari Kompas (18/12/21), polisi menangkap satu remaja yang diduga hendak tawuran di Jalan Komarudin, Cakung, Jakarta Timur, Kamis (16/12/2021) dini hari. Kepala Kepolisian Sektor Cakung Komisaris Satria Darma mengatakan, penangkapan bermula saat jajarannya mendapati para remaja sedang berkumpul di jalan tersebut. Remaja yang ditangkap itu berusia 16 tahun. Dua bilah celurit dan satu pedang turut diamankan. "Diduga mereka akan tawuran. Kami masih cek kebenarannya dan kami kembangkan apakah ada keterkaitan dengan kelompok-kelompok tawuran yang kerap melakukan aksinya di Cakung," ujar Satria.
Berita di atas menunjukkan bahwa remaja indonesia saat ini krisis moral. Dipanasin sedikiit aja, mereka siap angkat senjata. Belum lagi yang pacaran. Itu tuh, yang waktu diputusin galaunya minta ampun. Banyak juga remaja yang kalau nge-fans terlalu fanatik. Bahkan ibarat sampah yang ditempeli foto idolanya aja, mereka tetap mau beli meski harga selangit.
Mengapa bisa demikian? Jawabanya adalah karena sistem pendidikan di Indonesia sekarang tidak berbasis Islam. Lho, apa masalahnya? Tentu saja ada. Dalam Islam, kita diajarkan agar mengetahui adab sebelum menuntut ilmu.
Jauh sebelum diajarkan materi ini itu, adab dimatangkan terlebih dahulu. Kemudian berangkat dari akidah Islam, baru tsaqofah lain diajarkan jika sudah matang. Maka tidak akan ada yang namanya tawuran.
Sistem sosial dalam Islam membatasi interaksi yang tidak syar''i antara laki-laki dan perempuan. Jangankan hamil di luar nikah, kenal nama lelaki saja jarang sekali. Apalagi jika bukan karena keperluan syar'i. Seperti pendidikan, kesehatan, dan jual beli, baru boleh ada interaksi dengan lawan jenis. Itu pun ada aturannya, lho. Harus menutup aurat sempurna dan saling menundukkan pandangan.
Remaja hari ini berbeda sekali dengan remaja di masa lalu. Coba kita lihat remaja-remaja di zaman Rasulullah, mereka dididik dengan baik, dan menghasilkan kader muslim sejati. Banyak tokoh-tokoh remaja di zaman Rasulullah yang bisa dijadikan contoh. Jika hari ini remaja di usia kita kebanyakan main game, mereka sudah terjun ke medan perang, bertaruh nyawa untuk Islam. Kita yang terkadang shalat masih sering telat, mereka sudah berlomba menghunus pedang di garda terdepan.
Kalo dari sistem kehidupannya aja udah gak bener, jangan harap targetnya tercapai. Sudah jelas sekali, Islam adalah solusi masalah seputar remaja hari ini. Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan, termasuk masalah pendidikan, dan hal ini terbukti dalam sejarah bagaimana Islam berhasil mendidik anak-anak muda mereka.
Artinya: Nabi SAW bersabda: “Sungguh di dalam surga itu ada rumah yang disebut rumah kebahagiaan yang tidak dimasuki kecuali orang yang membahagiakan anak anak kecil.” (HR Abu Ya’la dari Aisyah RA). Wallahu a'lam bishowab. (reper/baim)
Siapapun yang nulis ini. Kereennn banget serius. Padahal masih smp tapi cara berpikirnya udah sekritis ini.
BalasHapus